BAB ILMU (PENGETAHUAN)
1. Orang Yang Ditanya Tentang Ilmu Dikala Sedang Sibuk Dalam Pembicaraan
(صحيح بخاري)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ أَيْنَ أُرَاهُ السَّائِلُ عَنْ السَّاعَةِ قَالَ هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
Artinya :
Abu Hurairah r.a. berkata, "Ketika Rasulullah saw. di suatu majelis sedang berbicara dengan suatu kaum, datanglah seorang kampung dan berkata, 'Kapankah kiamat itu?' Rasulullah terus berbicara, lalu sebagian kaum berkata, 'Beliau mendengar apa yang dikatakan olehnya, namun beliau benci apa yang dikatakannya itu.' Dan sebagian dari mereka berkata, 'Beliau tidak mendengarnya.' Sehingga, ketika beliau selesai berbicara, maka beliau bersabda, 'Di manakah gerangan orang yang bertanya tentang kiamat?' Ia berkata, 'Inilah saya, wahai Rasulullah.' Beliau bersabda, 'Apabila amanat itu telah disia-siakan, maka nantikanlah kiamat.' Ia berkata, 'Bagaimana menyia-nyiakannya?' Beliau bersabda, 'Apabila perkara (urusan) diserahkan (pada satu riwayat disebutkan dengan: disandarkan 7/188) kepada selain ahlinya, maka nantikanlah kiamat." (HR. Bukhari)
2. Pengaturan Waktu Bagi Para Sahabat Dalam Pemberian Nasihat dan Ilmu, Agar Mereka Tidak Melarikan Diri (Jemu)
(صحيح بخاري)
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِي الْأَيَّامِ كَرَاهَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا
Artinya :
Dari Ibn Mas’ud ra. berkata: “Keadaan Nabi SAW. selalu membuat antara dalam hari-hari itu untuk memberi nasihat karena khawatir akan membosankan kami” (HR. Bukhari)
3. Hilangnya Ilmu dan Munculnya Kebodohan
(صحيح بخاري)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا وَتَكْثُرَ النِّسَاءُ وَيَقِلَّ الرِّجَالُ حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً الْقَيِّمُ الْوَاحِدُ
Artinya :
Dari Anas bin Malik ra. berkata “Rasulullah SAW. bersabda: “Sesungguhnya sebagian dari tanda-tanda Kiyamat adalah terangkatnya (hilangnya) ilmu, tetapi kebodohan, diminumnya khamer, tampaknya perzinaan, banyaknya wanita dan sedikitnya laki-laki sampai
4. Pengulangan Pembicaraan Tiga Kali
(صحيح بخاري)
عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا تَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَعَادَهَا ثَلَاثًا حَتَّى تُفْهَمَ عَنْهُ وَإِذَا أَتَى عَلَى قَوْمٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ ثَلَاثًا
Artinya :
Dari Anas ra. dari Nabi SAW. Bahwasannya apabila beliau mengatakan suatu perkataan beliau mengulanginya tiga kali sehingga dia fahami dan apabila beliau datang pada suatu kaum maka beliau memberi salam kepada mereka tiga kali. (HR. Bukhari)
BAB WUDHU
1. Tidak Diterimanya Shalat Yang Tanpa Bersuci
(صحيح بخاري)
عَنْ أَب هُرَيْرَةَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُقْبَلُ صَلَاةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ قَالَ رَجُلٌ مِنْ حَضْرَمَوْتَ مَا الْحَدَثُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ فُسَاءٌ أَوْ ضُرَاطٌ
Artinya :
Dari Abu Hurairah ra. Berkata : Rasulullah saw. bersabda ”Tidaklah diterima shalatnya orang yang berhadats sehingga ia wudhu”. Seorang laki-laki dari Hadramaut bertanya: ”Apakah hadats itu wahai Abu Hurairah ?” ia menjawab: ”Kentut yang tidak berbunyi atau kentut yang berbunyi”
(HR. Bukhari)
2. Keutamaan Wudhu, Cahaya Muka, Cahaya Tangan dan Kaki Adalah Bekas Wudhu
(صحيح بخاري)
عَنْ نُعَيْمٍ الْمُجْمِرِ قَالَ رَقِيتُ مَعَ أَبِي هُرَيْرَةَ عَلَى ظَهْرِ الْمَسْجِدِ فَتَوَضَّأَ فَقَالَ إِنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ أُمَّتِي يُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوءِ فَمَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ
Artinya :
Dari Nu’aim Al-Mujmir berkata, saya bersama Abu Hurairah naik kebelakang masjid kemudian ia berwudhu dan berkata “Sesunggunya saya mendengar Nabi saw. bersabda “Sesungguhnya umatku pada hari Kiyamat dipangil dengan bersinar (bercahaya) mukanya, tangan dan kakinya sebab bekas-bekas wudlu. Barang siapa yang mampu dari padanya untuk memanjangkan cahaya itu maka kerjakanlah (HR. Bukhari)
3. Tidak Wudhu Karena Keraguan Sehingga Yakin
(صحيح بخاري)
عَنْ عَبَّادِ بْنِ تَمِيمٍ عَنْ عَمِّهِ أَنَّهُ شَكَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّجُلُ الَّذِي يُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهُ يَجِدُ الشَّيْءَ فِي الصَّلَاةِ فَقَالَ لَا يَنْفَتِلْ أَوْ لَا يَنْصَرِفْ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا
Artinya :
Dari Abbad bin Tamim dari pamannya bahwasannya ia mengadu kepada Rasulullah saw. tentang seseorang laki-laki terkhayal olehnya bahwasannya ia mendapatkan sesuatu dalam shalatnya. Maka beliau saw. bersabda : “Jangan merusakkan atau jangan berpaling sehingga ia mendengar suara atau mendapatkan baunya” (HR. Bukhari)
4. Jangan Menghadap Kiblat Ketika Seseorang Itu Kencing
(صحيح بخاري)
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ الْغَائِطَ فَلَا يَسْتَقْبِل الْقِبْلَةَ وَلَا يُوَلِّهَا ظَهْرَهُ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا
Artinya :
Dari Abu Ayyub Al Anshari ra. berkata: Rasulullah saw bersabda: “Apabila salah seorang di anataramu datang ketempat buang air besar maka jangan menghadap ke kiblat dan jangan membelakanginya. Namun menghadaplah ke timur atau barat. (HR. Bukhari)
5. Larangan Membasuh Berak Atau Membasuh Kencing Dengan Tangan Kanan
(صحيح بخاري)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا شَرِبَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَتَنَفَّسْ فِي الْإِنَاءِ وَإِذَا أَتَى الْخَلَاءَ فَلَا يَمَسَّ ذَكَرَهُ بِيَمِينِهِ وَلَا يَتَمَسَّحْ بِيَمِينِهِ
Artinya :
Dari Abdullah bin Abu Qatadah ra. berkata “Rasulullah saw. bersabda: “Apabila salah seorang dari padamu minum maka jangan bernapas ditempat itu (tempat air), dan apabila datang ke kamar kecil maka janganlah memegang kemaluannya dengan tangan kanannya, dan jangan pula mengusap dengan tangan kanannya. (HR. Bukhari)
6. Wudhu Itu Tiga Kali Tiga Kali
(صحيح بخاري)
عَنْ عَطَاءَ بْنَ يَزِيدَ أَخْبَرَهُ أَنَّ حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ رَأَى عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ دَعَا بِإِنَاءٍ فَأَفْرَغَ عَلَى كَفَّيْهِ ثَلَاثَ مِرَارٍ فَغَسَلَهُمَا ثُمَّ أَدْخَلَ يَمِينَهُ فِي الْإِنَاءِ فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثًا وَيَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ ثَلَاثَ مِرَارٍ ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ ثَلَاثَ مِرَارٍ إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثُمَّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya :
Dari Atha’ bin Yazid memberitakan bahwasannya Humran maula Utsman bin Affan ra. Memberitakan bahwa ia melihat Utsman bin Affan mengajak kebejana dan ia menuangkan air diatas dua telapak tangannya tiga kali maka ia membasuh kedua telapak tangannya, kemudian memasukkan tangan kanannya kebejana. Ia berkumur dan menghisap dan menghembuskan air (istinsyak), kemudian membasuh mukanya tiga kali, membasuh kedua tangannya sampai kesiku-siku tiga kali, kemudian mengusap kepala dan membasuh kedua kakinya tiga kali sampai kedua mata kakinya dan berkata : Rasulullah saw. bersabda : ”Barang siapa yang wudhu seperti wudhu saya ini, kemudian shalat dua rakaat yang mana didalamnya itu dia tidak membicarakan dirinya maka ia diampuni dosanya yang telah lampau. (HR. Bukhari)
7. Pada Waktu Wudhu Memasukkan Air Ke Dalam Hidung Kemudian Menghembuskannya Lagi (Istinsyak)
(صحيح بخاري)
عَنْ أَبَا هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ تَوَضَّأَ فَلْيَسْتَنْثِرْ وَمَنْ اسْتَجْمَرَ فَلْيُوتِرْ
Artinya :
Dari Abu Hurairah ra. Bahsannya ia berkata : ”Barang siapa yang wudhu hendaklah ia menghirup air kehidung dan menghempaskannya, dan barang siapa bersuci (dari buang air besar) hendaklah ia membuatnya ganjil (tidak genap)” (HR. Bukhari)
8. Mendahulukan Yang Kanan Dalam Wudhu dan Mandi
(صحيح بخاري)
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَهُنَّ فِي غَسْلِ ابْنَتِهِ ابْدَأْنَ بِمَيَامِنِهَا وَمَوَاضِعِ الْوُضُوءِ مِنْهَا
Artinya :
Dari Ummi Athiyah berkata : Rasulullah saw. bersabda kepada mereka waktu memandikan anak perempuannya: ”Mulailah dengan bagiannya yang kanan dan tempat-tempat wudhunya” (HR. Bukhari)
BAB HAID (MENSTRUASI)
1. Haid (Menstruasi)
(صحيح بخاري)
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ خَرَجْنَا لَا نَرَى إِلَّا الْحَجَّ فَلَمَّا كُنَّا بِسَرِفَ حِضْتُ فَدَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا أَبْكِي قَالَ مَا لَكِ أَنُفِسْتِ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ إِنَّ هَذَا أَمْرٌ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَى بَنَاتِ آدَمَ فَاقْضِي مَا يَقْضِي الْحَاجُّ غَيْرَ أَنْ لَا تَطُوفِي بِالْبَيْتِ قَالَتْ وَضَحَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ نِسَائِهِ بِالْبَقَرِ
Artinya :
Dari ‘Aisyah ra. ia berkata : “Kami tidak keluar kecuali karena menduga hajji. Ketika kami berada di Saraf, saya haid. Nabi saw. masuk kapada saya lalu saya menangis. Beliau bersabda : “
2. Pembacaan Laki-Laki (Bacaan Al-Quran) Didalam Kamar Wanita Yang Sedang Haid
(صحيح بخاري)
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَّكِئُ فِي حَجْرِي وَأَنَا حَائِضٌ ثُمَّ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ
Artinya :
Dari Aisyah ra. sesungguhnya Nabi saw. bertelekan didalam kamarku kemudian beliau membaca Al-Quran padahal saya sedang haid (HR. Bukhari)
3. Harum-Haruman Bagi Perempuan Ketika Mandi Karena Haid
(صحيح بخاري)
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ كُنَّا نُنْهَى أَنْ نُحِدَّ عَلَى مَيِّتٍ فَوْقَ ثَلَاثٍ إِلَّا عَلَى زَوْجٍ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا وَلَا نَكْتَحِلَ وَلَا نَتَطَيَّبَ وَلَا نَلْبَسَ ثَوْبًا مَصْبُوغًا إِلَّا ثَوْبَ عَصْبٍ وَقَدْ رُخِّصَ لَنَا عِنْدَ الطُّهْرِ إِذَا اغْتَسَلَتْ إِحْدَانَا مِنْ مَحِيضِهَا فِي نُبْذَةٍ مِنْ كُسْتِ أَظْفَارٍ وَكُنَّا نُنْهَى عَنْ اتِّبَاعِ الْجَنَائِزِ
Artinya :
Dari ‘Ummi Athiyah ra. ia berkata: Kami dilarang untuk berkabung pada mayit diatas tiga hari kecuali atas suami selama 4 bulan 10 hari dengan tidak bercelak, tidak berharum-harum dan tidak mengenakan pakaian yang dicelup kecuali pakaian dingin (buatan Yaman). Dan kami telah diberi kemurahan ketiak suci, apabila salah seorang diantara kami mandi dari haidnya dengan setetes minyak harum. Dan kami dilarang mengiringkan jenazah.
(HR. Bukhari)
BAB SHALAT
1. Keutamaan Shalat Pada Waktunya
(صحيح بخاري)
عَن عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي بِهِنَّ وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي
Artinya :
Dari “Abdullah (bin Mas’ud) ia berkata : saya bertanya kepada Nabi saw. : “Apakah amal yang paling dicintai oleh Allah?”beliau bersabda “Shalat pada waktunya”. Ia bertanya : “kemudian apa?” beliau bersabda “Berbuat baik kepada orang tua”. Ia bertanya: “kemudian apa?beliau bersabda “Jihad (berjuang) dijalan Allah”. (HR. Bukhari)
2. Wajibnya Shalat Jama’ah
(صحيح بخاري)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِحَطَبٍ فَيُحْطَبَ ثُمَّ آمُرَ بِالصَّلَاةِ فَيُؤَذَّنَ لَهَا ثُمَّ آمُرَ رَجُلًا فَيَؤُمَّ النَّاسَ ثُمَّ أُخَالِفَ إِلَى رِجَالٍ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ يَعْلَمُ أَحَدُهُمْ أَنَّهُ يَجِدُ عَرْقًا سَمِينًا أَوْ مِرْمَاتَيْنِ حَسَنَتَيْنِ لَشَهِدَ الْعِشَاءَ
Artinya :
Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Demi dzat yang jiwaku ditangan-Nya, sesungguhnya saya telah mencita-citakan untuk menghimpun kayu baker, kemudian saya perintahkan shalat dengan diadzani. Kemudian saya menyuruh seorang laki-laki untuk mengimami mereka, selanjutnya saya berpaling kepada orang-orang maka saya bakar rumah-rumah mereka (yang tidak berjamaah)” (HR. Bukhari)
3. Keutamaan Shalat Jama’ah
(صحيح بخاري)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلَاةَ الْفَذِّ بِخَمْسٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
Artinya :
Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra. bahwasannya dia mendengar Nabi saw. bersabda: “Shalat jama’ah itu melebihi shalat sendirian dengan dua puluh
BAB PUASA
1. Keutamaan Puasa
(صحيح بخاري)
أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ
Artinya :
Abu Hurairah r.a, berkata, "Rasulullah bersabda, 'Allah berfirman, "Setiap amal anak Adam itu untuknya sendiri selain puasa, sesungguhnya puasa itu untuk Ku, dan Aku yang membalasnya. Puasa itu perisai. Apabila ada seseorang di antaramu berpuasa pada suatu hari, maka janganlah berkata kotor dan jangan berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencaci makinya atau memeranginya (mengajaknya bertengkar), maka hendaklah ia mengatakan, 'Sesungguhnya saya sedang berpuasa.' Demi Zat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah adalah lebih harum daripada bau kasturi. Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan yang dirasakannya. Yaitu, apabila berbuka, ia bergembira; dan apabila ia bertemu dengan Tuhannya, ia bergembira karena puasanya itu."
2. Berkah Sahur
(صحيح بخاري)
عَنْ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً
Artinya :
Dari Anas bin Malik ra. ia berkata : Nabi saw. bersabda : “Bersahurlah kamu sekalian, karena di dalam sahur itu terkandung berkah-berkay (HR.Bukhari)
3. Orang Yang Mendirikan Ramadhan dan Lailatul Qadar
(صحيح بخاري)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya :
Dari Abu Harairah ra. Dari Nabi saw. Beliau bersabda: ”Barangsiapa yang puasa Ramadhan dengan iman dan mengharapkan (pahala Allah), maka ia diampuni dosanya yang telah lampau. Dan barang siapa yang mendirikan malam Qadar (lailatul qadar) karena iman dan mengharapkan (pahala Allah) maka ia diampuni dosanya yang telah lampau (HR. Bukhari).
4. Apa Yang Diucapkan Dikala Tidur Dan Bangun Dan Bagaimana Membaca Shalawat Atas Rasulullah
(صحيح بخاري)
عَنْ أَبَي بَكْرِ بْنِ أَبِي مُوسَى عَنْ الْبَرَاءِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ قَالَ اللَّهُمَّ بِاسْمِكَ أَحْيَا وَبِاسْمِكَ أَمُوتُ وَإِذَا اسْتَيْقَظَ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
Artinya :
Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi saw. Bersabda: ”ALLAHUMA BISMIKA AHYA BISMIKA AMUUT”. Bila bangun (tidur), maka beliau bersabda: ”ALHAMDULILLAHILLADZI AHYANAA BA’DAMA AMATANAA WA ILAIHINNUSYUUR”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar