Daftar Blog Saya

Jumat, 21 Januari 2011

hubungan motivasi dan profesionalitas guru

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ) menurut manusia untuk lebih kreatif dan berinisitaif untuk meningkatkan kualitas dirinya dan masyarakat ke arah yang lebih baik, terutama lembaga pendidikan yang pada dasarnya merupakan laboratorium mini bagi setiap manusia dalam mempersiapkan diri menghadapi masa depan yang lebih baik. Sehingga pendidikan diharapkan terus berperan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dinamis. Oleh karena itu, maka pendidikan diharapkan mampu melahirkan output berkualitas yang dapat merespons tantangan yang dihadapinya, terutama bagi bangsa yang sedang berkembang, seperti Indonesia tentu membutuhkan sumber daya manusia yang kreatif, etos kerja yang tinggi, berkualitas dan bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsanya. Berdasarkan pemahaman diatas, maka perlu dilakukan upaya peningkatan mutu pendidikan secara holistik, yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, motivasi, prestasi dan nilai – nilai budaya bangsa agar setiap peserta didik mempunyai modal kecakapan untuk menjalani kehidupannya.
Pendidikan yang dalam khasanah Islam dikenal dengan istilah al-tabiyah, al-ta’lim, al-ta’dib dan al-riyadah perlu diberdayakan sesuai pengetahuan yang melekat pada term-term tersebut. Setiap terminologi tersebut mempunyai makna yang berada satu sama lain, karena perbedaan teks dan kontek kalimatnya. Oleh karena itu pendidikan Islam memiliki beberapa karateristik yang berbeda dengan pengertian pendidikan secara umum
Pendidikan Islam telah dirumuskan oleh para pakar dalam perspektif yang berbeda. Yusuf Qardhawi, misalnya mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam keadaan aman maupun perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dari kejahatannya, manis dan pahitnya1.
Hasan Langgulung,2 mendefinisikan pendidikan Islam adalah proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai – nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
Sedangkan Abdurrahman Saleh Abdullah,3 memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai proses bimbingan ( Pimpinan, Tuntutan, Usulan ) oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa ( Pikiran, Perasaan, Kemauan, Intuisi ) dan raga obyek didik dengan bahan – bahan materi tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.
Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan oleh para ahli tersebut diatas, dapat dilihat perbedaan – perbedaan antara pendidikan secara umum dengan pendidikan Islam. Perbedaan yang paling utama adalah bahwa pendidikan Islam tidak hanya terkosentrasi pada pembentukan pribadi untuk kebahagiaan dunia saja, tetapi juga untuk kebahagiaan akhirat. Selain itu pendidikan Islam berusaha membentuk pribadi yang bernafaskan ajaran – ajaran Islam.4
Proses pendidikan dapat berjalan dengan baik apabila dirumuskan melalui sebuah kurikulum yang komprehensif. Sebab kurikulum merupakan circle of instruction, dalam kurikulum itu tergambar secara jelas dan terencana bagaimana dan apa saja yang harus terjadi dalam proses belajar mengajar. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berfungsi seperti laboratorium rentetan kontinue suatu eksperimen, dan semua pelakunya ialah guru bersama muridnya, yang dalam beberapa aspek melakukan fungsi ilmiah experience curriculum.
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa kebijakan terkait masalah pendidikan seperti perubahan kurikulum, peningkatan dana pendidikan, sertifikasi guru, otonomisasi pendidikan dan kebijakan – kebijakan lain. Salah satu kebijakan pemerintah sebagaimana disebutkan di antaranya ; melakukan inovasi kurikulum yang dilakukan secara kontinyu dan berkesinambungan dari kurikulum 1986 sampai dengan kurikulum 2006 atau yang kita kenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dimana pada kurikulum yang disebut terakhir ini lebih memperhatikan karateristik setiap jenjang pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh Undang – undang Ri No. 20 Pasal 3 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangs ayang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5

Pencapaian tujuan pendidikan di atas dapat diwujudkan apabila adanya perencanaan dan strategi pembelajaran yang jelas dan terukur. Salah satu media yang dapat dijadikan media untuk menciptakan perencanaan pembelajaran tersebut adalah kurikulum. Namun permasalahannya tidak berhenti hanya pada kurikulum saja, tetapi diperlukan orang atau guru yang mempunyai kompetensi dalam menerapkannya, sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan dengan terarah dan terfokus pada tujuan pendidikan dan pembelajaran yang telah direncanakan.
Oemar Hamalik,6 menyatakan bahwa dalam dua dekade ini terjadi peristiwa perkembangan kurikulum yang sangat cepat yang dilatarbelakangi oleh dimulainya masa orde pembangunan. Perkembangan kurikulum sejalan dengan perkembangan pendidikan, khususnya di tanah air, sedangkan perkembangan pendidikan pada dasarnya berkenaan dengan perkembangan bangsa, negara dan perkembangan nasional secara menyeluruh.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan kurikulum, diantaranya falsafah, budaya masyarakat, perkembangan masyarakat, dan lain – lain. Oleh karena itu, kurikulum tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan belajar mengajar, karena belajar adalah satu jawaban untuk menjawab tantangan yang terjadi di masyarakat. Proses pembelajaran berupaya menjabarkan nilai – nilai, tujuan pembelajaran, dan isi dari sebuah bidang studi yang terkandung dalam sebuah kurikulum. Konsep kurikulum yang menekankan isi, memberikan perhatian besar kepada analisis pengetahuan baru yang ada.
Tugas guru selain mendidik adalah mengajar (transfer of knowledge). Namun demikian, selain mengajar guru juga memiliki tugas yang tidak kalah pentingnya, yaitu membentuk dan mengarahkan karakter para siswa agar senantiasa selaras dengan nilai – nilai dan norma sosial yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Tugas guru semacam ini oleh masyarakat biasanya dilekatkan pada guru agama, khususnya Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI).
Dalam hal ini Abuddinnata,7 menyatakan :
Kebersihan kependidikan sebagian besar ditentukan oleh mutu profesionalisme seorang guru, guru yang kompeten bukannya guru yang dapar mengajar dengan baik, seorang guru juga harus memiliki akhlaq yang mulia, guru juga harus mampu meningkatkan pengetahuannya dari waktu ke waktu, sesuai dengan perkembangan zaman. Berbagai perubahan yang diakibatkan oleh kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi juga harus diantisipasi oleh guru, dengan demikian seorang guru tidak hanya menjadi sumber informasi, ia juga dapat menjadi monitor, inspirator, dinamisator, fasilitator, katalisator, evaluator dan sebagainya.

Sementara itu, manusia dihadapkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang selama ini sedang berkembang. Ilmu pengetahuan dan keterampilan harus mampu memperluas dan mengembangkan potensi peserta didik sejalan dengan kemajuan teknologi. Oleh karena itu, pengajaan harus dapat mengubah perilaku peserta didik, termasuk penguasaan ilmu pengetahuan dan kemampuan melakukan hal – hal yang bermakna bagi pribadinya, bagi masyarakat dan bagi negara. Kurikulum juga harus mentransformasikan suatu perencanaan yang sistematis tentang bebagai kegiatan belajar mengajar yang dinamis yang mendorong terjadinya dinamika pendidikan.8
Di sisi lain, dorongan atau motivasi yang melekat pada kerja guru juga akan mempengaruhi tinggi rendahnya keinginan belajar anak yang secara langsung akan mempengaruhi prestasinya. Guru yang mampu memberikan motivasi kepada anak didiknya, akan memberi gairah yang dinamis kepada anak dalam meraih prestasi. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat motivasi kerja guru dan profesionalisme guru, akan lebih menjamin tercapainya tujuan pendidikan, bahkan menentukan prestasi anak di setiap satuan, jenis dan jenjang pendidikan.
Rumus teoretik atas tingginya hubungan antara motivasi kerja guru dan profesionalisme guru dengan prestasi belajar anak, terkait dengan implementasi kurikulum telah menjadi dorongan tersendiri bagi peneliti untuk mencoba meneliti tingkat lapangan, khususnya di lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan dimaksud adalah SMPN 2 Mundu Kabupaten Cirebon.
Esensi dari pernyataan tersebut adalah kualitas pembelajaran harus ditingkatkan, guna menghasilkan out put pendidikan yang berkualitas. Di sisi lain implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, harus sesuai dengan usaha dan proses pendidikan yang terprogram agar tercapai generasi terpelajar dan terdidik serta mampu mengembangkan ilmu pengetahuan di segala bidang
Pengembangan kurikulum yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Pendidikan formal memerlukan kurikulum karena tujuannya tidak sekedar mewariskan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh secara hukum turun temurun kepada anak (siswa). Pendidikan di sekolah memiliki tujuan yang lebih luas karena dituntut untuk menyesuaikan diri tuntutan masyarakat yang berkembang secara dinamis.
Tetapi sebagaimana diingatkan oleh H.A.R Tilaar,9 bahwa sebagus apapun sebuah kurikulum dengan menentukan standar isi yang tinggi , tetapi apabila tidak tersedia sumber daya manusia (guru) yang berkompeten, maka tujuan kurikulum tersebut jelas tidak akan tercapai. Sebab jika diibaratkan guru adalah pilot yang dapat membuka cakrawala peserta didik memasuki dunia ilmu pengetahuan dalam era global dewasa ini.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan upaya pemberian otonomi bagi lembaga untuk menentukan isi kurikulum sesuai dengan kebutuhan nasional dan lokal. Hal ini menunjukkan bahwa lembaga pendidikan mempunyai kewenangan yang cukup luas dan terbuka untuk menentukan visi dan misinya sesuai dengan kebutuhan lembaga pendidikan bersangkutan.
Namun sebagaimana diungkapkan Tilaar di atas bahwa apabila tidak tersedia sumber daya manusia (guru) atau guru yang berkompeten, maka tujuan kurikulum tersebut jelas tidak akan tercapai. Oleh karena itu, untuik mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) dibutuhkan guru yang profesional. Padahal sejak diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) hingga sekarang masih terdapat guru yang tidak mengetahui konsep dan muatan yang terdapat dalam kurikulum tersebut

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah – masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana motivasi kerja guru PAI dalam memotivasi belajar siswa di SMP Negeri 2 Mundu Kabupaten Cirebon
2. Bagaimana profesionalitas guru dalam mengimplementasikan Kurikulum PAI di SMP Negeri 2 Mundu Kabupaten Cirebon
3. Apakah hubungan secara silmultan antara motivasi kerja dan profesionalitas guru dalam mengimplementasikan Kurikulum PAI dengan pencapaian prestasi belajar siswa di SMP Negeri 2 Mundu Kabupaten Cirebon

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. mengkaji tentang motivasi kerja guru di SMPN 2 Mundu Kabupaten Cirebon
2. Mengkaji tentang tingkat profesionalitas guru dalam mengimplementasikan Kurikulum PAI di SMPN 2 Mundu Kabupaten Cirebon
3. Menentukan pola hubungan yang silmultan antara motivasi kerja dan profesionalitas guru dalam mengimplementasikan Kurikulum PAI dengan prestasi belajar siswa di SMPN 2 Mundu Kabupaten Cirebon

D. Manfaat Penelitian
Secara akademik, penelitian akan berguna bagi seluruh elemen pendidikan daam merumuskan kurikulum yang akan digunakan oleh guru PAI dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Tinggi rendahnya prestasi siswa akan berhubungan secara langsung dengan tercapai tidaknya tujuan dari pelaksanaan pendidikan. Secara praktis akademik, akan melihat sejauh mana implementasi penerapan kurikulum KTSP digunakan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, khususnya di SMPN 2 Mundu yang menjadi objek penelitian penulis

DAFTAR PUSTAKA



Abdurrahman Saleh Abdullah, 1994, Teori – teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qurian, terj. HM. Arifin dan Zainuddin, Jakarta: Rineka Cipta

Abuddin Nata, 2001, Manajemen Pendidikan ( Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada

Azyumardi Azra, 1999, Esei-esei Intelektual Muslim Pendidikan Islam, Ciputat: Logos

E. Mulyasa, 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

E. Mulyasa, 2006, Menjadi Guru Profesional ( Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan ), Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

H.A.R. Tilaar, 2002, Membenahi Pendidikan Nasional, Cet.Ke-1. Jakarta: PT Rineka Cipta

Hasan Langgulung, 1980, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Bandung: al-Ma’arif

M. Yunus Namsa, 2006, Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia Wawasan Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Pustaka Mapan

Oemar Hamalik, 1990, Pengembangan Kurikulum dan Dasar Pengembangannya, Bandung;Mandar Maju

Sukadji Ranuwihardjo, 1994, Kurikulum untuk Abad 21, Jakarta : Gramedia Widia Sarana Indonesia

Syafruddin Nurdin & Basyiruddin Usman, 2005, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputata Press

Yusuf al-Qardhawi, 1980, Tarbiyah as-Islamiyah wa Madrasah Hasan al-Banna, diterjemahkan oleh Bustani A. Gani, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Banna, Jakarta: Bulan Bintang



DAFTAR ISI


BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 10
C. Tujuan Penelitian 10
D. Manfaat Penelitian 11

BAB II LANDASAN TEORI MOTIVASI KERJA,
PROFESIONALITAS GURU DAN PRESTASI BELAJAR
SISWA
A. Pengertian Motivasi Kerja
1. Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran
2. Pelaksanaan KegiatanPembelajaran

B. Profesionalitas Guru
1. Pengertian Profesionalitas Guru
2. Urgensi Guru profesional
3. Aspek – Aspek Kompetensi Guru Profesional
4. Profesionalitas Guru PAI dalam Mengimplementasikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


C. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
2. Dalil Keutamaan Belajar
3. Jenis – Jenis Prestasi Belajar
4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
5. Indikator Prestasi Belajar

D. Hubungan Motifasi Kerja Guru dengan Prestasi Belajar Siswa
E. Kerangka Pemikiran
F. Paradigma Penelitian
G. Hipotesa Penelitian


BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek Penelitian
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
C. Operasionalisasi Variabel
D. Populasi dan Sampel
E. Produser Pengumpulan Data
F. Pengujian Instrumen Penelitian
G. Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Motifasi Kerja Guru PAI di SMPN 2 Mundu Kabupaten Cirebon
B. Profesionalitas Guru dalam Mengimplementasikan Kurikulum PAI
C. Prestasi Belajar Siswa SMPN 2 Mundu Kabupaten Cirebon
D. Pengujian Hipotesis
1. Hubungan Motivasi Kerja Guru dengan Prestasi Belajar Siswa
2. Hubungan Profesionalitas Kerja Guru dengan Prestasi Bnelajar Siswa
3. Hubungan Motivasi Kerja dan Guru Profesionalitas Kerja Guru dalam Mengimplementasikan Kurikulum KTSP PAI dengan Prestasi Belajar Siswa
E. Pembahasan

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN